Pidato kemerdekaan bahasa inggris pada upacara peringatan hari proklamasi yang diadakan setiap tanggal 17 Agustus.
Pidato Kemerdekaan Bahasa Inggris Upacara Peringatan Hari Proklamasi
A SPEECH DELIVERED BY ABASSADOR EXTRAORDINARY AND PLENIPOTENTIARY OF THE REPUBLIC OF INDONESIA
FOR AUSTRALIA AND VANUATU IN CELEBRATION CEREMONY ON THE 59TH PROCLAMATION DAY OF INDONESIA YEAR 2004
Assalamu’alaikum…
All the best wishes to all of my honorable fellow countrymen, and to all the honorable invitation guests.
First of all, let’s say our praise and gratitude to God the One, due to His power that allows us to get together in this beautiful day and occasion to celebrate the 59th Proclamation and Independence Day of Republic of Indonesia.
August 17 1945 is a very historical day for Indonesian people. Through a very long journey Mr. Soekarno and Mr. Hatta proclaimed Indonesian national independence on that day in 1945 with the helps of all the fights of countrymen of Indonesia.
Reaching for the independence for our nation was not an easy task. Therefore, we must protect and maintain this independence with everything we have in our power. There are many obstacles that disrupt our nation during our efforts in order to become an independent, democratic, and prosperous nation. Therefore, Government of Republic of Indonesia today determines the topic of this celebration of Independence Day, as follows: ‘With the Spirit of Proclamation of August 17 1945 We All Carry Out the Mandate of General Election Year 2004 to Build Indonesia Which Are United, Developing, and Democratic’.
The execution of transparent, fair, clean, and secure General Election several years past had been complemented by many countries and elements from all over the world. That was some kind of achievement for Indonesia to ward off those judgments of others countries that said Indonesia was a nation who wouldn’t be able to run democracy.
To all my honorable fellow countrymen,
I suppose we need to get back to the topic about our bilateral relationship between Indonesia – Australia which is always based on the principles of appreciating, understanding, and taking advantage each other. This bilateral relationship lately is quite pleasing even though there are several issues regarding the involvements of Australia in East Timor, overcoming black immigrants, terrorism, and others.
In the field of defense and security, government should keep building the relationship of cooperation and being involved in various activities which are “confidence-building measures”. And hopefully, through the sector of education and tourism, the feeling of appreciating each other will grow well between Indonesian and Australian people.
To all the students and collegians, I appeal one more time to utilize the available opportunity to study and develop the bilateral relationship between our nation and Australia. And the last, I also would like to appeal all of the Indonesian people in Australia to take part in reaching for the good goals of General Electing we will be conducting on September. Use your right as best you could to elect the candidates of president and vice president with all of your heart.
That’s all from me. Allow me to put an end of this speech by saying, “Long live Republic of Indonesia! Once Independent Forever!”
Wassalamu’alaikum wr.wb
Pidato Kemerdekaan Bahasa Inggris Upacara Peringatan Hari Proklamasi
DUTA BESAR LBBP-RI UNTUK AUSTRALIA DAN VANUATU
PADA UPACARA PERINGATAN HARI PROKLAMASI KEMERDEKAAN
REPUBLIK INDONESIA KE-59 TAHUN 2004
Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
Salam sejahtera untuk kita semua Saudara-saudara sebangsa setanah air, para undangan yang saya hormati, Marilah kita memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan YME, karena hanya kekuasaan-Nya yang memungkinkan kita kembali berkumpul pada pagi hari ini untuk memperingati Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke-59. Tanggal 17 Augustus memang sungguh merupakan hari yang sangat bersejarah bagi bangsa Indonesia.
Seperti diketahui, setelah melalui perjalanan yang panjang dan menguras tenaga, penuh pengorbanan, atas nama bangsa Soekarno dan Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Proklamasi kemerdekaan tersebut adalah puncak dari seluruh perjuangan anak bangsa, baik yang dilakukan secara lokal, maupun secara nasional, sejak awal abad lalu. Perpaduan segenap potensi bangsa, terutama dalam bentuk perjuangan bersenjata dan diplomasi internasional akhirnya berhasil mengantarkan bangsa Indonesia ke kedudukan yang sejajar dengan bangsa-bangsa merdeka lainnya di dunia.
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air, Patut kita catat bahwa mencapai kemerdekaan bukanlah prestasi yang mudah untuk diraih. Sebaliknya, mempertahankan kemerdekaan juga memerlukan upaya dan daya yang tidak kalah sulitnya. Pemberontakan-pemberontakan yang bersifat sektarian, tragedi nasional G-30-S/PKI tahun 1965 serta munculnya era reformasi yang dipicu oleh krisis ekonomi tahun 1997, merupakan rintangan-rintangan ditengah-tengah upaya bangsa untuk mewujudkan suatu negara yang merdeka, demokratis, dan sejahtera. Tidaklah kemudian mengherankan jika Pemerintah RI menetapkan tema peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan tahun 2004, sebagai berikut: ‘Dengan Semangat Proklamasi 17 Agustus 1945, Kita Melaksanakan Amanat Pemilu 2004 Untuk Membangun Indonesia Yang Bersatu, Maju dan Demokratis’.
Pemerintah RI telah banyak belajar dari pengalaman-pengalaman di masa lalu. Agar mampu bangkit kembali dari berbagai keterpurukan baik di bidang politik dan keamanan, maupun ekonomi dan sosial, pemerintah telah menetapkan berbagai kebijakan prioritas, antara lain: penegakan hukum dan sistem peradilan, pemberantasan terorisme, korupsi, serta deregulasi di bidang perdagangan, ekonomi dan keuangan.
Sejalan dengan tekad tersebut, Presiden Megawati Soekarnoputri baru-baru ini mengeluarkan Keputusan Presiden No.: 59/2004 (26 Juli 2004) tentang Pembentukan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang berwenang memeriksa dan memutus perkara korupsi yang melibatkan warga-negara Indonesia baik di dalam, maupun di luar negeri.
Di bidang investasi, pemerintah juga menerapkan kebijakan ‘one-roof system’ dimana BKPM ditetapkan sebagai satu-satunya badan yang berhak mengeluarkan ijin bagi para investor asing untuk beroperasi di seluruh wilayah Indonesia yang dulunya merupakan kewenangan pemerintah daerah. Diharapkan pelayanan tersebut akan memperpendek birokrasi perijinan serta menghilangkan ekonomi biaya tinggi yang selama ini dikeluhkan para investor asing.
Patut pula dicatat perkembangan positif di bidang hukum ketika Mahkamah Konstitusi mengeluarkan suatu keputusan yang menyatakan bahwa penerapan asas retroaktif Undang-Undang No. 16/2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme untuk kasus Peledakan Bom Bali, 12 Oktober 2002, tidak syah untuk dipergunakan mengadili pelaku Bom Bali, walaupun menegaskan hukuman yang dijatuhkan kepada mereka tetap berlaku.
Saudara-saudara sebangsa setanah-air, Baru-baru ini kita telah melaksanakan dua kali pemilihan umum masing-masing untuk memilih para anggota parlemen yang diselenggarakan tanggal 5 April lalu, dan pemilihan presiden putaran pertama pada tanggal 5 Juli, bulan lalu. Dewasa ini pemerintah dan rakyat Indonesia sedang melakukan persiapan untuk menyelenggarakan pemilihan presiden putaran terakhir yang akan dilaksanakan tanggal 20 September 2004 dimana empat putera-puteri terbaik bangsa, yaitu pasangan Presiden Megawati Soekarnoputri – Hasyim Muzadi dan pasangan mantan Menteri Koordinator Bidang Politik Keamanan Susilo Bambang Yudhoyono – Jusuf Kalla akan kembali memperebutkan kursi Presiden dan Wakil Presiden. Sudah sepatutnya kita berdoa, agar hasil yang terbaiklah yang diperoleh oleh rakyat Indonesia.
Yang jelas, penyelenggaraan pemilu yang transparan, adil, bersih, dan aman terdahulu telah mendapatkan pujian dari berbagai negara dan kalangan di seluruh dunia. Memang sungguh tidak mudah untuk menyelenggarakan suatu pemilihan umum yang damai, apalagi melibatkan lebih dari seratus duapuluh lima juta orang.
Hal tersebut merupakan prestasi tersendiri bagi bangsa Indonesia, karena mampu menepis anggapan sementara kalangan yang menyatakan bahwa Indonesia dengan mayoritas penduduk beragama Islam tidak akan mampu berdemokrasi.
Perkembangan perekonomian nasional juga cukup mengejutkan beberapa kalangan, seperti tercermin pada indikator makro-ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi tahun 2003 stabil pada kisaran 4,1% dan diramalkan akan mencapai 4,8% di akhir tahun 2004 dan 5% pada tahun 2005, sementara pada saat yang bersamaan inflasi mampu ditekan pada kisaran 5,1% pada tahun 2003. Lebih menggembirakan lagi, indeks komposit pasar modal tercatat sebesar 800 poin pada kuartal pertama tahun ini atau meningkat sekitar 80% sejak akhir tahun 2002. Hal tersebut telah menumbuhkan rasa optimisme dan percaya diri bangsa untuk keluar dari kesulitan. Tidak mengherankan kemudian jika kepercayaan internasional terhadap Indonesia-pun meningkat cukup signifikan, terbukti dari reaksi positif pasar dunia terhadap penjualan surat-surat berharga senilai satu milyar dollar Amerika oleh Pemerintah RI pada bulan Maret 2004 yang lalu. Prestasi-prestasi yang dicapai pemerintahan tersebut kadang-kala ditepis oleh sementara kalangan yang cenderung terus mencari-cari kelemahan. Namun, rakyat Indonesia tidak perlu berkecil hati. Keberhasilan tersebut tidak terlepas UnRegistereddari kerja keras kita bersama dan juga atas bantuan negara-negara sahabat, termasuk Australia.
Saudara saudara sebangsa dan setanah air, Kiranya patut saya singgung hubungan bilateral Indonesia – Australia yang selalu didasarkan pada prinsip-prinsip saling menghargai, saling memahami, dan saling menguntungkan. Tanpa perlu berpuas diri, hubungan bilateral negara bertetangga dewasa ini cukup menggembirakan, meskipun sebelumnya mengalami pasang-surut sebagai akibat keterlibatan Australia di Timor Timur, penanganan migran gelap, terorisme, dan pengenalan prinsip ‘pre-emptive strike’ yang tercerminkan pada invasi pasukan ‘the coalition of the willing’ di Irak yang sampai saat ini belum menunjukkan tanda-tanda penyelesaian.
Upaya pemulihan hubungan mulai dilakukan dengan penyelenggaraan Indonesia Australia Ministerial Forum (IAMF) ke-5 di Canberra pada tanggal 7 – 8 Desember 2000 yang kemudian diikuti oleh saling kunjung pejabat tinggi negara baik dari kalangan sipil maupun militer, termasuk dari kalangan media dan pemimpin keagamaan serta para perlaku bisnis dan akademisi. Hubungan semakin meningkat ketika kedua negara berhasil menyelenggarakan IAMF ke-6 di Jakarta (11 Maret 2003) yang menghasilkan suatu ‘Joint Ministerial Statement’ yang diantaranya memuat: pertama, pengakuan para menteri Australia atas keutuhan dan kedaulatan wilayah NKRI, termasuk atas Papua dan Aceh, dan penerapan program otonomi khusus bagi propinsi tersebut sebagai jalan keluar dari konflik; kedua, pernyataan kesediaan pemerintah Australia untuk merancang suatu ‘code of conduct’ bagi NGO Australia yang operasi di Indonesia untuk tidak menggunakan dana pemerintah Australia untuk kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan gerakan-gerakan separatisme, buruh, evangelisme, dan kegiatan-kegiatan lain yang bertentangan dengan kepentingan nasional Australia.
Untuk mengatasi masalah migran gelap dan tindak kriminal lintas batas lainnya, mengharuskan kedua negara bekerjasama dan mengambil prakarsa yang melibatkan negara-negara di kawasan melalui penyelenggaraan Bali Regional Ministerial Conference on People Smuggling, Trafficking in Persons and Related
Transnational Crime, masing-masing pada tanggal 26 – 28 Februari 2002 (BRMC I), dan pada tanggal 28 – 30 April 2003 (BRMC II); Conference on Combating Money Laundering and Terrorist Financing, 17 – 18 Desember 2002; dan, Bali Regional Ministerial Meeting on Counter Terrorism, 4 – 5 Februari 2004 yang salah-satu hasilnya adalah pendirian ‘the Jakarta Center for Law Enforcement Cooperation’.
Perdagangan kedua negara juga menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Pada tahun 2003 Indonesia menikmati surplus perdagangan sekitar US$845 juta atau 12,06% meningkat dari tahun sebelumnya. Ekspor Indonesia ke Australia tahun 2003 sekitar US$2,6 milyar, sedangkan impor UnRegisteredIndonesia dari Australia sebesar US $1,8 milyar.
Di bidang pertahanan dan keamanan, pemerintah terus membina hubungan dan kerjasama, serta terlibat dalam serangkaian kegiatan yang bersifat ‘confidence-building measures’, antara lain melalui: tukar-menukar para perwira angkatan bersenjata kedua-belah pihak; saling kunjung para pejabat tinggi militer dari seluruh matra (darat, udara, dan laut), serta kerjasama yang sangat erat diantara institusi kepolisian kedua negara, segera setelah peristiwa Bom Bali yang mampu membongkar jaringan para pelaku serangan teroris tersebut.
Kerjasama Indonesia dan Australia di bidang pencucian uang juga cukup membuahkan hasil, ketika pemerintah Australia mengembalikan sekitar A$650 ribu, sebagian dari harta haram yang dilarikan oleh terpidana Hendra Rahardja. Keberhasilan tersebut bermakna ganda, pertama, sebagai peringatan bagi para pencuci uang Indonesia untuk tidak menjadikan Australia sebagai ‘safe heaven’; dan, kedua, Pemerintah RI tidak akan pernah berhenti untuk mengembalikan harta rakyat yang diperoleh secara tidak syah oleh sementara kalangan.
Hubungan kedua negara pada tingkat ‘grass-root’ di bidang pendidikan dan pariwisata tidak kalah pentingnya. Patut dicatat bahwa sekitar 25.000 siswa dan mahasiswa Indonesia saat ini sedang menuntut ilmu di Australia dan setidak-tidaknya turut memberikan kontribusi sekitar A$750 juta/tahun kepada perekonomian Australia. Sementara sekitar 250.000 siswa dan mahasiswa Australia saat ini mempelajari bahasa Indonesia.
Diharapkan melalui sektor pendidikan dan pariwisata, rasa saling menghargai akan tumbuh secara sehat diantara rakyat Indonesia dan Australia. Dalam kaitan inilah, kita patut menyambut hangat prakarsa Perdana Menteri John Howard (Canberra, 13 Agustus 2004) untuk kembali menghidupkan program pelajaran bahasa dan budaya Asia mencakup Indonesia, Jepang, China, dan Korea, yang dihentikan pemerintah Australia sejak tahun 2002 yang lalu.
Saudara saudara sebangsa dan setanah air, Dalam rangka pemupukan rasa nasionalisme kita bersama, saya ingin menggunakan kesempatan ini untuk menghimbau saudara-saudara sekalian untuk sepenuhnya bahu membahu membantu menciptakan dan meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, khususnya di Australia.
Saya juga ingin menggunakan hari yang berbahagia ini untuk meminta para pimpinan dan staf Perwakilan RI se-Australia meningkatkan kinerja, terutama pada sektor pelayanan masyarakat, serta untuk bekerja sunguh-sungguh dalam meningkatkan hubungan bilateral Indonesia dan Australia. Wakil-wakil Pemerintah RI untuk Australia dan Vanuatu menggunakan dana publik, sudah sepatutnyalah mereka memenuhi asas akuntabilitas publik dan bersikap profesional dalam menjalankan tugas yang dibebankan oleh rakyat dan pemerintah.
Untuk para pelajar dan mahasiswa, kembali saya menghimbau agar menggunakan kesempatan yang tersedia untuk lebih menitik-beratkan perhatian mempelajari fabrik sosio-politik Australia bagi pengembangan hubungan bilateral negara di masa mendatang.
Akhirnya saya juga ingin menyerukan kepada seluruh Warga Negara Indonesia di Australia untuk turut membantu pencapaian tujuan-tujuan mulia di atas serta kembali berpartisipasi dalam pemilihan presiden babak terakhir yang akan diselenggarakan pada tanggal 20 September 2004. Manfaatkanlah hak anda sebaik-baiknya untuk memilih calon presiden/wakil presiden, sesuai hati nurani.
Saudara-saudara sebangsa dan setanah air, Ijinkanlah saya menutup sambutan ini dengan menyerukan: ‘Dirgahayu Republik Indonesia, Sekali Merdeka Tetap Merdeka’.
Wassalamu’alaikum warrahmatulahi wabarrakatuh
Canberra, 17 Agustus 2004
Imron Cotan
Duta Besar LB-BP RI
Belajar bahasa ingris lebih penting dari segala sesuatu sepertinya barang-barang mengapa dikatakan begitu…?
karena, kita sebagai negara yang berdaulat atau negara yang penuh dengan kemerdekaan ,
jadi kita harus mempelajari bahasa ingris, yang utama, supaya kita bisa berkomunikasi dengan negara lain contoh: sepertinya kita ingin memasuki pada anggota ASEAN atau kita ingin menjadi negara yang penuh dengan kerjasama seperti; Bilateral, trilateral dan multilateral perlu memahami dan berbahasa. sekian dan itulah dari pendapat saya. thanks.